BAHAN AJAR PENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH (Bagian 2)
B. Manfaat Metode Berpikir Ilmiah
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan menggunakan metode berpikir ilmiah manusia bisa terus memperbarui pengetahuan, menggali dan mengembangkannya. Sifat ingin tahu pada diri manusia mendorong manusia mengungkapkan pengetahuan, meski dengan cara dan pendekatan yang berbeda.
Manusia secara sadar atau tidak akan selalu menghadapi masalah, manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, meski telah terjadi dulu sekalipun, dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus baru pula. Karena itulah Tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh Tuhannya agar bisa menjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan setting sosial dan modus yang berbeda pula. Masalahnya adalah bisakah manusia bercocok tanam, menangkap ikan, mendidik anak dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu.
C. Prosedur Berpikir Ilmiah
Penalaran rasional dan empiris merupakan dua model yang selalu menjadi sumber sekaligus metodologis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan, ilmu yang dihasilkan dari sumber tadi, selalu menuntut dilakukan observasi dan penjelajahan baru terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan (hipiotesis/dedukasi), pengujian dilakukan melalui studi lapangan (empiris/induksi). Jadi metode ilmiah adalah penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan.
Secara rasioanal maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta dan yang tidak. Dengan demikian bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni (a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan; dan (b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem. Teori apapun konsistennya jika tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. begitupun sebaliknya seberapa pun faktualitasnya fakta-fakta yang ada, tanpa didukung asumsi rasional maka ia hanya akan menjadi fakta yang mati yang tidak memberikan pengetahuan kepada manusia.
Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, yang biasanya disebut hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi, hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk memperoleh jawaban. Hipotesis disusun berdasarkan cara kerja deduktif, dengan mengambil premis-premis dari penetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Penyususnan hipotesis berguna untuk menunjang terjadinya konsistensi pengembangan ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan ilmu. Hipotesis dapat menjadi jembatan pemanduan antara cara kerja deduksi dan induksi.
Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut dengan mengkonfrontasikannya, mengkomunikasikannya dengan dunia fisik yang nyata, dalam proses pengujian ini merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. fakta-fakta ini bisa bersifat sederhana yang bisa langsung ditangkap oleh panca indra ada juga yang harus menggunakan alat seperti teleskop dan mikroskop.
Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis, metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logico-hypofhetico-verifikafio (logic, hipotetik, sekaligus verifikatif). Perkawinan berkesinambungan antara deduksi dan induksi disebut dengan prosedur berpikir ilmiah. proses induksi diperlukan untuk melakukan verifikasi atau pengujian hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.
“Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses Logico-hypofhefico-verifikafio ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
- Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
- Pernyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
- Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
- Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
- Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. langkah-langkah di atas harus dianggap sebagai patokan utama di mana dalam penelitian yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan gambaran diatas, maka metode ilmiah merupakan suatu rangkaian langkah yang tertib dan sistemik, namun demikian suatu metodologi bisa dipahami ilmuwan dengan ragam pendapat, seperti J. Eigelbener menyebutkan, ada lima langkah dalam melakukan prosedur dan metode berpikir ilmiah, kelima langkah tersebut adalah:
- .Adanya analisis terhadap masalah, analisis ini berguna untuk menetapkan apa yang hendak dicari, memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
- Pengumpulan fakta-fakta.
- Penggolongan dan pengaturan data agar dapat menentukan kesamaan-kesamaan, urutan-urutan dan hubungan-hubungan yang ada dan bersifat simultan.
- Perumusan kesimpulan dengan menggunakan proses penyimpulan logika dan penalaran.
- Pengujian dan pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan.
Berikut link lanjutan
https://www.shanumenews.com/2024/07/bahan-ajar-penyusun-karya-tulis-ilmiah.html
https://www.shanumenews.com/2024/07/bahan-ajar-penyusun-karya-tulis-ilmiah-bagian2.html
https://www.shanumenews.com/2024/07/bahan-ajar-penyusun-karya-tulis-ilmiah-bagian3.html
https://www.shanumenews.com/2024/07/bahan-ajar-penyusun-karya-tulis-ilmiah-bagian4.html
https://www.shanumenews.com/2024/07/bahan-ajar-penyusun-karya-tulis-ilmiah-bagian5.html
Posting Komentar